Sesungguhnya, manusia yang selamat dari bencana air bah itu tidaklah hanya Nuh dan keluarganya saja. Semjaza telah berhasil menyelamatkan lebih dari dua ratus ribu manusia dan membawanya ke tempat yang aman. Sebagian dari para raksasa itu ada juga yang selamat dan kemudian mereka menetap di tanah Enak dan dikenal sebagai orang Enak yang tinggi besar. Ada sebagain kecil yang kemudian tinggal di tanah Gat, Emim dan Zamzumim.
Keturunan mereka lebih kecil dari orangtuanya tapi tetap saja merupakan raksasa bagi manusia pada umumnya. Tingginya ada yang mencapai tujuh hasta. Di antara raksasa itu dulu, banyak yang tewas dan tidak sedikit pula yang tertangkap dan dijatuhkan ke jurang maut bersama dengan Abadon dan Azazel. Anak Semjaza sendiri tak ada yang selamat dari pembantaian massal itu.
Terafim, yang membantu para ahli sihir dan tukang tenung, tinggal bersama aku. Dia tetap membantu manusia untuk membuat penyembuhan dan mengajarkan mantra-mantra dengan sembunyi-sembunyi. Tapi kini, dia tak kuasa lagi memanggil roh orang mati karena kunci jurang maut dipegang oleh malaikat Allah. Namun demi menyenangkan hati manusia, Terafim menyuruh malaikatnya untuk menyamar sebagai roh orang mati yang diminta. Terafim dan malaikatnya ini yang dikenal oleh manusia sebagai jin.
Sebenarnya kami semua ini dapat digolongkan sebagai jin. Bukankah jin berarti tidak terlihat oleh mata atau berada dalam keadaan tersembunyi dari pandangan manusia. Namun malaikat-malaikat Allah mempengaruhi manusia dan mengatakan bahwa kami adalah roh-roh jahat yang ada di udara.
Sejak peristiwa itu, kami dikatakan sebagai penguasa kegelapan dan penghulu-penghulu dunia yang gelap. Memang, kami harus senantiasa bersembunyi dari para malaikat Allah. Namun perlahan tapi pasti, aku kembali menyusun kekuatan untuk melakukan pembalasan. Bukankah Allah sendiri berfirman bahwa yang terpenjara di jurang maut pada saatnya menjelang akhir zaman akan dilepaskan. Saat itulah, aku akan menuntut balas.
Sebetulnya aku masih menyayangi manusia, terutama manusia yang diperlakukan secara tidak adil. Mintalah kepadaKu, maka segalanya akan kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi akan menjadi kepunyaanmu. Bukankah aku penguasa bumi ini sampai hari kiamat nanti. Akulah pemilik semua yang ada di bumi ini. Sebab kalau tidak, mana mungkin aku berani menawarkan semua kerajaan di dunia.
Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada siapa saja, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Dan jika manusia mau sujud kepadaku, seluruhnya itu akan menjadi miliknya. Kata-kataku ini dapat dipegang dan dipercaya. Aku tak mungkin berbohong, sebab jikalau aku berbohong, tentu Yang Maha Tinggi akan mengetahuinya dan memberi tahu kepada manusia bahwa aku bohong. Oleh karenanya, untuk melawan diriku, Allah menjanjikan Kerajaan Surga kepada manusia, bukan kerajaan di bumi ini. Padahal, bukankah Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi dan bukannya di surga? Dan aku sendiri menyangsikan, benarkah Allah akan memberikan Kerajaan Surga kepada manusia pada saatnya nanti? Bukankah manusia dulu sudah diusir dari sana karena telah menyerupai-Nya? Apakah itu bukan sekedar janji yang kosong? Dan siapakah yang tahu akan kebenaran janji itu? Tapi biarlah, tak ada yang akan mengetahui sampai hari kiamat nanti dan juga tak akan ada yang tahu tentang bilamana kiamat terjadi. Hanya Allah saja yang mengetahui dan jangan percaya begitu saja pada kata-kataku, sebab bukankah Allah sendiri telah berfirman kepadamu, wahai manusia, bahwa aku, Lucifer, adalah pembohong sejak awalnya.
Dengan tertangkapnya Azazel, bumi ini tak lagi memiliki penjaga yang kuat. Malaikat Allah yang hendak datang ke bumi ini akhirnya menjadi bebas. Aku telah menggantikan tugas Azazel kepada seorang malaikat lain, namun dia tidak sehebat Azazel.
Allah berusaha mengambil kembali ciptaan-Nya, yakni manusia, yang telah diserahkan kepadaku. Dia memilih manusia yang baik di mata-Nya. Sejak peristiwa air bah itu, para malaikat sering mengunjungi bumi untuk mengawasi aku. Namun aku berusaha untuk bangkit. Kubangun kembali tempat kediamanku jauh di utara.Kali ini, kututupi dengan hamparan salju tebal sehingga tak mudah untuk ditemukan. Aku telah menemukan lorong-lorong di bumi sehingga dengan mudah pergi ke suatu tempat lewat lorong-lorong tersebut.
Melalui lorong itu aku bisa keluar langsung ke kawah-kawah gunung berapi, baik yang ada di darat maupun yang ada di laut. Aku mudah menjumpai manusia-manusia yang tinggal di daerah gunung dan hutan. Mereka memberi persembahan kepadaku dengan melemparkan persembahan ke kawah gunung. Sebetulnya itu tidak perlu. Kehadiran malaikat-malaikatku banyak di hutan-hutan, karena di situ mereka tidak mudah untuk diketemukan malaikat Allah. Oleh karena itu, banyak manusia menjumpai jin bila berada di hutan yang lebat. Aku juga membangun beberapa tempat kediaman di dasar laut dan masing-masing penguasanya, kuberi kebebasan untuk menjalankan apa yang terbaik menurut mereka.
Sebelum peristiwa itu, bumi ini dalam keadaan aman dan damai. Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Sisa-sisa manusia yang masih hidup setelah bencana air bah itu kemudian memutuskan untuk berkumpul di suatu tempat. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tergala-gala sebagai tanah liat.
Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." Tujuan mereka membuat menara itu adalah agar bila terjadi bencana air bah lagi, mereka semua secara bersama-sama akan bisa selamat dengan naik sampai ke puncaknya.
Lalu turunlah malaikat Allah untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu. Namun rupanya malaikat Allah melihat apa yang dilakukan manusia itu tidak baik menurut pandangan mereka. Malaikat itu memberitahu Allah dan kemudian Allah berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah kalian turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." Demikianlah mereka diserakkan Allah dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.
Aku jadi teringat apa yang disampaikan oleh Azazel tentang berita yang didengarnya melalui Henokh. Henokh mengatakan bahwa mengetahui Allah berfirman kepada Gabriel: "Kirim mereka melawan sesamanya agar mereka saling menghancurkan di medan perang. Untuk berhari-hari mereka tak akan memiliki apa-apa."
Aku, Lucifer, sama sekali tidak berbohong akan hal ini. Bukankah Firman Allah ini ada dalam kitab-kitab nenek moyangmu. Ketahuilah, bahwa yang menyebabkan perselisihan di antara manusia, yang menyebabkan permusuhan dan peperangan bukanlah aku. Dan ketahuilah kini, siapa sebenarnya yang berkeinginan agar manusia saling melawan dan menghancurkan sesamanya. Kadang aku jadi meragukan, apakah Dia Yang Maha Tinggi adalah Allah yang sebenarnya? Ataukah sebenarnya ada Allah yang sesungguhnya yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata?
Ini yang selalu menjadi pertanyaanku. Mengapa Allah menyukai agar ada perbedaan? Apakah hanya supaya manusia itu diserakkan sehingga memenuhi bumi? Ataukah Allah tak suka bila manusia bersatu dan khawatir berontak terhadap-Nya seperti aku? Dan mengapa Allah memerintahkan Gabriel untuk membuat permusuhan di antara manusia? Semua itu tak bisa kumengerti. Dan herannya, malaikat-malaikat Allah itu, patuh saja akan perintah Allah tanpa berpikir baik dan buruknya. Mungkin, pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu telah ditebang oleh Allah, supaya tidak ada lagi yang dapat menyamai diri-Nya.
Kedudukanku sebagai malaikat penghulu Allah telah diganti oleh malaikat lain. Malaikat ini kudengar-dengar bernama YHWH. Aku tidak pernah mendengar bagaimana manusia menyebut namanya secara pasti. Bahkan manusia sering hanya menyebutnya dengan nama: adonai yang berarti Tuhan-ku. Namanya sering disebut dengan Yahweh atau Yehovah. Namun menurutku, sebutannya yang benar adalah Yihwah atau Syihwah. Dan dia memang dikenal pertama kali oleh Abraham di tanah Haran. Boleh jadi, ketika Abraham ke tanah Kanaan, keturunannya tetap menyembah YHWH, sementara ketika bangsa Arya menyerbu tanah Hindustan, mereka memperkenalkannya sebagai Syihwah atau Çiva.
Dialah pula yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir untuk ke tanah Kanaan. Dialah malaikat Allah yang pencemburu dan mudah murka. Kekuasaannya memang luar biasa dan dia mengatur manusia dengan tangan besi. Dialah juga yang menuntut korban sembelihan domba dan lain-lainnya. Dia pernah berkata kepada Musa: "Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagiKu persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepadaKu itu. Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari mereka: emas, perak, tembaga; kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-lumba dan kayu penaga; minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada. Dan mereka harus membuat tempat kudus bagiKu, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya. Semua itu adalah untuk mengadakan pendamaian bagi nyanwa kamu sekalian." (Keluaran 25:2-9 dan Keluaran 30:16)
Sungguh, pada waktu aku memimpin manusia, tak pernah meminta persembahan sebanyak itu. YHWH ini mengendarai lembu jantan yang bersayap yang dinamakan kerub atau ada juga yang menyebutnya buraq. Itulah sebabnya, banyak orang Israel yang membuat patung lembu sebagai singgasananya dan untuk menyembahnya. Mereka beranggapan bahwa dengan membuat patung lembu, tunggangan Tuhan mereka, maka Tuhan mereka akan hadir. Namun rupanya dia tak suka disaingi oleh tungganggannya sendiri dan murka bila ada manusia yang menyembah patung dan dianggapnya berhala. Tak heran kalau di tanah Hindustan sendiri manusia menyembah lembu merah. Dia membuat sepuluh peraturan atau perintah yang harus dipatuhi oleh manusia. Bila manusia melanggarnya maka manusia itu pasti akan dihukum olehnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar